Tekanan
panas yang mengenai tubuh manusia dapat mengakibatkan permasalahan
kesehatan hingga kematian. Efek penyakit akibat panas yang paling fatal
adalah heat stroke. Bila dibiarkan tanpa penanganan yang serius, kondisi
ini bisa mengancam jiwa pekerja.
Sumber: nipgroup.com
Para pekerja lapangan terutama pekerja
konstruksi, industri minyak dan gas bumi (migas), dan galangan kapal
tentu sudah terbiasa bekerja di lingkungan yang panas dalam waktu lama.
Namun tahukah Anda, kondisi seperti ini berpotensi menimbulkan heat stress bagi pekerja?
Lingkungan kerja yang tidak nyaman
seperti temperatur yang melebihi nilai ambang batas (NAB) mengakibatkan
panas yang dapat mempengaruhi performa kerja dan juga kesehatan tubuh
pekerja. Bila pekerja yang terpapar panas tidak mampu menjaga atau
mengatur suhu normal dalam tubuhnya, hal ini bisa memicu timbulnya heat stress. Lebih fatal lagi, bila dibiarkan tanpa penanganan serius bisa mengakibatkan kematian
Apa Itu Heat Stress dan Bagaimana Pekerja Bisa Terkena Heat Stress?
Tekanan panas atau heat stress
dapat dikatakan sebagai reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap
suhu yang berada di luar kenyamanan bekerja. Suhu yang dimaksud adalah
suhu panas yang ekstrem.
Sumber: mediologiest.com
Paparan panas di lingkungan kerja bisa berasal dari:
- Suhu dan kelembaban tinggi, paparan sinar matahari secara langsung
- Gerakan atau aliran udara yang terbatas
- Kerja fisik yang berat
- Panas metabolisme tubuh
- Pakaian kerja
- Tingkat aklimatisasi
Faktor iklim kerja dan non iklim tersebut yang dapat meningkatkan risiko pekerja terkena heat stress. Sebetulnya heat stress
terjadi apabila tubuh pekerja sudah tidak mampu lagi menyeimbangkan
suhu tubuh normal karena besarnya paparan panas dari luar. Sederhananya,
heat stress bisa terjadi ketika tubuh gagal mengendalikan suhu internal.
Jika tubuh terpapar panas, maka sistem
yang ada di dalam tubuh akan mempertahankan suhu tubuh internal agar
tetap berada pada suhu normal (36-37,5°C) dengan cara mengeluarkan
keringat dan mengalirkan darah lebih banyak ke kulit.
Dalam kondisi demikian, jantung bekerja
keras memompa darah ke kulit bagian luar (permukaan tubuh) dan kelenjar
keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke
permukaan kulit dan penguapan keringat menjadi cara efektif untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
Sumber: esaunggul.ac.id
Namun, jika suhu di luar dan kelembaban
terlampau tinggi, maka keringat tidak dapat menguap dan tubuh akan gagal
mempertahankan suhu internalnya, dalam kondisi inilah tubuh mulai
terganggu. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja di
lingkungan panas.
Dengan banyaknya darah mengalir ke
kulit, maka pasokan darah ke otak, otot-otot aktif dan organ tubuh
lainnya menjadi berkurang, sehingga kelelahan dan permasalahan kesehatan
akibat panas pun lebih cepat terjadi. Kegagalan tubuh menyeimbangkan
suhu tubuh internal ini yang pada akhirnya bisa memicu timbulnya heat stress pada pekerja.
Siapa Saja yang Berisiko Terkena Heat Stress?
Seseorang yang mengenakan pakaian
pelindung dan bekerja di lingkungan panas, kelembaban tinggi dan
melakukan kerja fisik berat adalah pekerja yang paling berisiko terkena heat stress. Umumnya heat stress dialami oleh pekerja konstruksi, pertambangan, pabrik kaca dan pabrik karet, pabrik peleburan logam, pekerja di ruang boiler, dan pekerja yang terpapar panas lainnya.
Apa Pengaruh Heat Stress Terhadap Pekerja?
Heat stress termasuk potensi bahaya di lingkungan kerja yang harus mendapat perhatian khusus. Heat stress,
baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan panas dari
lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan dari yang ringan,
seperti heat cramps dan heat exhaustion hingga yang serius, yaitu heat stroke.
Sumber: safetyequipment.org
Heat Cramps
Heat cramps adalah kejang atau
kram pada otot, bahkan bisa mengakibatkan pingsan pada penderita. Hal
ini disebabkan karena ketidakseimbangan cairan dan garam selama
melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan panas.
Gejala:
Kram pada otot, nyeri atau kejang di perut, lengan atau kaki.
Pertolongan pertama:
- Hentikan semua aktivitas dan istirahatlah di tempat sejuk dan teduh
- Minum cairan elektrolit, namun tidak melebihi air minum biasa. Hindari mengonsumsi tablet garam kecuali jika direkomendasikan oleh dokter
- Hindari kembali melakukan kerja fisik berat selama beberapa jam setelah kram mereda
- Segera hubungi petugas medis jika kram tidak mereda dalam waktu satu jam.
Heat Exhaustion
Heat exhaustion terjadi akibat
kurangnya cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini terjadi jika
jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air yang
diminum selama terpapar panas.
Gejala:
- Nadi cepat
- Keringat berlebih
- Kulit pucat
- Kelelahan ekstrem
- Pusing
- Mual dan muntah
- Emosi tidak stabil
- Pernapasan pendek dan cepat
- Suhu tubuh sedikit mengalami peningkatan (37-40°C)
- Kehilangan kesadaran
Pertolongan pertama:
- Beristirahatlah di tempat yang sejuk dan teduh
- Minumlah air yang banyak
- Longgarkan pakaian dan kompres bagian kepala, leher, dan wajah menggunakan handuk dingin
- Basuh kepala, wajah, dan leher dengan air dingin
- Jika gejala tidak mereda, segera hubungi petugas medis
- Pastikan ada rekan kerja yang menemani korban sampai bantuan tiba.
Heat Stroke
Heat stroke adalah efek heat stress
paling serius/ fatal karena jika dibiarkan tanpa penanganan serius,
kondisi ini bisa mengakibatkan koma dan kematian. Penyebabnya adalah
paparan panas yang terus-menerus dan ekstrem, serta kegagalan regulator
suhu tubuh.
Gejala:
- Suhu tubuh tinggi (di atas 40°C)
- Kurang berkeringat saat cuaca panas
- Mual dan muntah
- Kulit memerah
- Napas cepat dan dangkal
- Peningkatan denyut jantung
- Sakit kepala
- Kebingungan, kejang, halusinasi
- Pingsan
- Kram otot
Pertolongan pertama:
- Segera hubungi petugas medis
- Bawa korban ke tempat sejuk dan teduh
- Lepas pakaian pelindung/ pakaian luar yang korban kenakan
- Tempatkan tubuh korban di dalam bak air dingin atau air es atau membungkus korban dengan selimut pendingin khusus dan menyelimuti korban dengan es. Terutama pada daerah leher, pangkal paha dan ketiak untuk menurunkan suhu tubuh.
Pada kebanyakan kasus, heat stress dapat dicegah atau setidaknya risiko terkena heat stress dapat diminimalkan. Berikut rekomendasi pencegahan heat stress menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA):
Sumber: safetyandhealthmagazine.com
1. Membuat program pencegahan heat stress
Perusahaan harus memilih dan menentukan
pekerja yang terlatih dan kompeten dalam menangani bahaya di tempat
kerja, salah satunya bahaya paparan panas. Selanjutnya, pekerja ini yang
akan bertanggung jawab dalam merencanakan, mengembangkan, melaksanakan
dan mengelola program terkait paparan panas di tempat kerja.
2. Melakukan identifikasi bahaya
Perusahaan dan pekerja wajib melakukan
identifikasi bahaya paparan panas untuk meminimalkan kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan penurunan produktivitas kerja. Kegiatan
identifikasi bahaya ini meliputi:
- Mengenali bahaya paparan panas dan risiko penyakit akibat panas bagi pekerja
- Menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, yaitu suhu, kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi.
- Melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan panas, yaitu dengan mengukur tekanan darah, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja
- Menentukan langkah pengendalian dan perbaikan untuk meminimalkan bahaya paparan panas.
3. Melakukan pengendalian teknik
Pengendalian teknik yang dapat dilakukan adalah memasang ventilasi umum, memasang exhaust fan, memasang dust collector, penggunaan penyekat (shielding) terutama untuk mengurangi panas radiasi serta mengurangi suhu dan kelembaban melalui pendingin udara.
4. Melindungi pekerja dari risiko terkena heat stress
Untuk mencegah pekerja dari heat stress,
ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Hindari melakukan aktivitas fisik
berat, lingkungan panas yang ekstrem, paparan sinar matahari, dan
lingkungan dengan kelembaban tinggi bila memungkinkan. Jika tidak
memungkinkan, lakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini:
- Awali hari dengan minum air putih secukupnya. Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein karena dapat menyebabkan dehidrasi
- Gunakan pakaian berwarna cerah, ringan/ tipis, dan menyerap keringat (bahan katun). Hindari pakaian berbahan sintetis.
- Lakukan diet seimbang. Konsumsi buah, sayuran, protein, serat akan sangat membantu.
- Konsumsi cairan elektrolit, namun tidak melebihi air minum biasa
- Gunakan pelindung wajah dan leher
- Pastikan di area kerja terdapat stasiun air minum dan mudah diakses
- Minumlah satu gelas air setiap 15 menit, sekalipun Anda belum merasa haus
- Lakukan istirahat secara berkala saat melakukan pekerjaan berat di lingkungan dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Beristirahatlah di tempat sejuk dan teduh.
- Pertimbangkan untuk menyediakan wadah air bertanda khusus yang berisi air dan es untuk membasahi handuk leher, lengan dan lainnya
- Pantau kondisi fisik Anda dan rekan kerja untuk mengetahui adanya tanda atau gejala penyakit akibat panas. Laporkan kepada supervisor bila Anda atau menemukan rekan kerja yang mengalami gejala heat stress.
5. Aklimatisasi
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi
merupakan proses penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya.
Aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan penurunan suhu tubuh dan
pengeluaran garam dari dalam tubuh. Proses aklimatisasi ditujukan kepada
suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu.
Aklimatisasi panas biasanya tercapai
setelah dua minggu, tergantung faktor lingkungan kerja dan faktor
pribadi individu (konsumsi obat, kondisi fisik, usia dan berat badan).
Setiap pekerja baru dan pekerja lama yang absen selama dua minggu atau
lebih dari pekerjaannya harus dimulai dengan 20% beban kerja di hari
pertama, lalu meningkat secara bertahap tidak lebih dari 20% beban kerja
di hari berikutnya.
Perubahan jadwal kerja dan pengaturan
frekuensi istirahat dilakukan dalam upaya untuk meminimalkan risiko
paparan. Perusahaan dapat mengatur jadwal kerja dan istirahat dengan
memperhatikan NAB paparan panas.
Di Indonesia, mengenai kegiatan kerja di
industri yang dapat menimbulkan iklim kerja panas di atur dalam SNI
16-7063-2004 dan Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang NAB
Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam
|
Indeks Suhu Basa dan Bola (ISBB °C)
|
|||
Beban Kerja
|
||||
Waktu Kerja
|
Waktu Istirahat
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
75%
|
25%
|
30.6
|
28.0
|
25.9
|
50%
|
50%
|
31.4
|
29.4
|
27.9
|
25%
|
75%
|
32.2
|
31.1
|
30.0
|
Kriteria beban kerja menurut SNI:
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 Kkal/jam.
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori >200 – 350 Kkal/jam.
- Beban kerja berat membutuhkan kalori >350–500 Kkal/jam.
NAB ini membatasi pemaparan panas
lingkungan kerja 8 jam/ hari terhadap tenaga kerja dengan
mempertimbangkan kategori beban kerja dan pembagian waktu kerja –
istirahat.
* Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011 juga memberikan NAB yang sama dengan SNI tersebut di atas.
7. Memberikan pelatihan kepada pekerja
Perusahaan juga wajib memberikan
pelatihan kepada pekerja mengenai bahaya dan efek paparan panas, gejala
penyakit akibat panas, bagaimana cara dan kapan harus merespons bila
timbul gejala awal dan bagaimana cara mencegah penyakit akibat panas.
8. Melakukan pengawasan untuk tanda dan gejala awal
Pekerja bisa membuat sebuah sistem untuk
memantau dan melaporkan tanda dan gejala awal penyakit akibat panas.
Hal ini dapat membantu perusahaan juga manajemen dalam mendeteksi secara
dini penyakit akibat panas dan melakukan tindakan pengendalian sesegera
mungkin.
9. Membuat perencanaan dan pelaksanaan tanggap darurat
Buatlah prosedur tanggap darurat terkait
penyakit akibat panas. Komunikasikan prosedur tanggap darurat tersebut
kepada supervisor dan pekerja. Perencanaan tanggap darurat meliputi:
- Apa yang harus dilakukan seseorang bila mengalami atau melihat rekan kerja menunjukkan tanda-tanda penyakit akibat panas
- Cara menghubungi unit tanggap darurat
- Memperhitungkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk petugas tanggap darurat tiba ke lokasi dan melatih pekerja dalam melakukan pertolongan pertama sampai bantuan tiba.
Dalam menyusun perencanaan tanggap
darurat ini Anda bisa melibatkan seorang profesional guna mendapatkan
masukan tentang pembuatan prosedur tanggap darurat terkait penyakit
akibat panas.
Semoga Bermanfaat, Salam safety!
No comments:
Post a Comment